Friday, March 24, 2006

 
DAILY REMINDERS

Berikut ini kutipan favorit Indah.

Sebagai ‘pengingat dan penasehatku’ kalau-kalau bukunya hilang or gak sempat baca buku yang sama lagi. Moga siapapun yang baca juga mendapatkan hikmah yang sama denganku saat pertama membacanya.

“ Banyak pelajaran hadir di hadapan kita, tetapi lebih banyak yang hikmahnya hanya yang kita rasakan saat bercanda. Kita tak menemukan apa-apa karena amat sedikit yang kita renungkan.”

"Hati-hati, jangan samapi kita menganggap orang lain bodoh. Padahal kita bodoh dalam pandangan Allah. Jangan sampai merasa benar padahal salah. Itulah penyakit hati."

"Waspadalah bila kita sulit/tidak suka menerima nasehat/peringatan. Ternyata allah menggolongkan menjadi kaum yang ingkar tertutup hatinya, naudzubillah " @@GYM

From "Membuka Jalan ke Surga, M.Fauzil Adhim" :

HARTA & ZAKAT

“Ada hak orang lain dalam harta kita di luar zakat. Ada yang lebih utama dari yang utama dalam setiap amal. Sungguh, engkau belum berbuat kebajikan kalau doa-doamu belum engkau ikuti dengan hartamu, padahal Allah berikan harta yang berlimpah kepadamu.”

“ Zakat bukanlah pemberian orang kaya kepada mereka yang mengkhawatirkan nasibnya. Ia bukanlah bentuk kemurahan hati, sebab ia memang BUKAN MILIK KITA. Kebajikan itu ada bila kita bermurah hati memberikan kepada mereka yang membutuhkan harta DI LUAR ZAKAT.

“Sebagian di antara saudara kita ada yang menjadi begitu rentan terhadap kemarahan, Ada di antara mereka yang mudah tersulut. Salah satu sebabnya adalah nestapa yang tak kunjung mendapatkan penawarnya dari saudara-saudara mereka yang kaya.”

“ Kadang kita merasa telah beramal dengan ikhlas saat memasukkan uang seratus rupish untuk “menolong” agama Allah. Padahal uang itu memang tidak kita butuhkan. Hilang tidak kita cari, ada tidak berarti. Ia hanya berguna untuk memberi para pengamen.”

“Apabila harta diperoleh melalui kotoran perdagangan atau syubhat, tertariklah hati untuk memenuhi keinginan hawa nafsu dengan menampakkan dan menonjolkan amal saleh agar dapat diketahui oleh orang banyak. Sedangkan Allah swt. Telah bersumpah atas nama diri-Nya sendiri bahwa Ia tidak akan menerima amalan selain amalan orang-orang yang bertakwa “

MENANGKAN HATI, TINGGALKAN PERDEBATAN !

Ajaklah manusia dengan hikmah. Gerakkanlah jiwa mereka dengan kata-kata ynag menyentuh dan ucapan yang mencerahkan. Bukan dengan pelajaran yang memeras otak yang atau argumentasi yang berlapis-lapis. Optimisme, itikad baik dan pandangan jernih seringkali melahirkan kekuatan yang lebih besar daripada kepandaian kita berdebat.

Kita bisa saja mendebat pendapat orang yang kita anggap keliru, dan salah langkah dengan kemampuan beradu argumentasi yang dahsyat. Tapi sangat mungkin itu melahirkan permusuhan. Kita memenangkan pendapat, tapi tidak memenangkan hati. Padahal di hati itulah, baik buruk kita ditentukan. Kalau kita hanya memenangkan perdebatan sambil meninggalkan bekas hitam di hati, pendapat yang benarpun akan tak berdaya mengubah kesalahan yang paling kecil.

Inilah sebagian diantara hikmah kenapa kita harus meninggalkan perdebatan, meski pendapat kita benar. Kalau kemudian harus berdebat, kita harus melakukannya dengan cara yang lebih baik. Dari sini, kredibilitas dan keyakinan orang lain terhadap itikad baik (good willing) kita akan tumbuh dan mengakar.

PERINGATAN DARI RASUL

Ada tiga hal yang dapat menghancurkan, yaitu kekikiran yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan seseorang yang membangga-banggakan dirinya ( Hadits Riwayat Thabrani)

Begitu kita membanggakan diri sebagi orang yang paling baik, paling menjaga akhlak dan paling bersungguh-sungguh menangisi keburukan, ketika itulah langit yang lebih tinggi tertutup untuk kita.

Sungguh berbeda antara mensyukuri kelebihan yang diberikan Allah kepada kita dengan sikap membangga-banggakan diri. Mensyukuri kelebihan akan membuat kita lebih peka terhadap kebaikan orang lain, sehingga tidak merasa sebagai manusia yang paling baik di muak bumi.Membuat kita mudah menagkap getaran kebaikan orang lain, sehingga di mata kita selalu tampak ada orang yang tulus, ikhlas dan jernih.

Sementara membanggakan diri membuat kita merasa paling suci, paling berakhlak dan paling ikhlas. Kita cenderung mudah melihat manusia dipenuhi dengan keburukan sehingga kita mengira hampir-hampir tidak ada lagi orang baik. Kita menganggap manusia telah binasa, padahal kitalah yang sesungguhnya di mata Allah manusia yang paling celaka. Na’udzubillahi min dzalik.

MEMBERI

Membaca kalimat-kalimat thayibah untuk mengagungkan asma Allah adalah kebaikan. Tetapi ketika kita hanya berhenti pada ritual, boleh jadi yang kita lakukan justru merupakan kekeliruan.

Hari ini, banyak orang yang mencari ketenangan dengan pergi ke majelis zikir. Mereka asyik –masyuk dalam lantunan doa-doa. Mereka juga hanyut dalam tangis dan airmata. Tetapi meski sama-sama meneteskan air mata, bisa berbeda sama sekali maknanya. Sebagian di antara airmata itu membebaskan manusia dari siksa api neraka, sementara sebagian lagi hanya menyisakan pengalaman ekstase. Tidak lebih.

Di antara orang-orang yang menumpahkan airmata itu, bahkan banyak yang tak menemukan ketenangan. Mereka menmukan keasyikan saat bersama-sama melantunkan zikir dengan suara bergemuruh, tetapi mereka pulang dengan tetap membawa kegelisahannya. Salah satu sebab yang membuat rasa gelisah tak kunjung sirna adalah beratnya hati untuk memberi.

SAY “ I DON’T KNOW ”

Memilih berkata “ saya tidak tahu” jauh lebih baik daripada memaksakan diri untuk mencari-cari jawaban yang ia tidak menguasai ilmunya, semata karena takut harga dirinya jatuh di hadapan orang lain. Apabila ada ulama yang menyalahkan ucapan “ saya belum tahu “, maka ia telah menyongsong kematiannya.

Sungguh, diantara sebab-sebab kerusakan oman pada manusia dan guncangnya hati manusia yang belum kokoh keyakinannya, adalah perkataan yang seakan-akan lahir dari tingginya makrifat. Padahal sangat jauh dari kebenaran.

Orang-orang yang telah mencapai tingkat kearifan, bukanlah mereka yang sibuk berbicara dengan bahasa yang membuat mulut berdcak kagum, sementara pikiran buntu mencernanya darena rumitnya istilah. Tetapi ‘arif adalah mereka yang mengantarkan manusia untuk lebih mengenal kebenaran.

Mereka tidak membuat putus asa orang-orang yang telah banyak berbuat dosa, dan tidak pula membuat mereka merasa aman dari murka Allah.

NIKMAT ALLAH

“Alangkah banyak nikmat yang tidak sanggup kita syukuri. Bahkan menyadari pun tidak. Allah memberi kita tanpa menghitung-hitung, sementara untuk memuji-Nya sekali lagi, kita sudah sibuk menghitung pahala atas amal-amal kita yang tak seberapa. Padahal, di sisi Allah nikmat yang jauh lebih besar.

Ingatlah ketika Rasulullah bersabda, “ Sesungguhnya Allah swt memiliki seratus rahmat. Kemudia Ia turunkan hanya satu rahmat kepada jin, manusia, hewan, dan serangga di dalamnya. Dengan rahmat itulah mereka saling menyayangi dan kasih-mengasihi. Dengan rahmat itu pula, perempuan jahat pun menyayangi anaknya. Allah swt.menunda
Sembilan puluh sembilan rahmat-Nya, yang akan dikaruniakan bagi hamba-Nya pada hari Kiamat “ (Hadits riwayat Bukhari Muslim )

RAIHLAH TANGANNYA

Hari ini, kita semua sedang dicekam kerinduan untuk merasakan bau surga. Ketika detik demi detik perjalanan dunia ini penuh hingar yang bisa mengelabui mata batin kita, rasanya kita semakin butuh tali pegangan agar langkah kita tak salah arah.

Kerinduan akan surga, mudah-mudahan terkabulkan. Salah satu pintunya adalah :
menjadi istri sholehah, menjadi pemimpin keluarga yang amanah, dan menggandeng tangan saudara kita dengan lembut, mungkin dengan langsung mengajaknya, atau dengan mendidik anak-anaknya secara tulus dan bersungguh-sungguh, meskipun orangtuanya tidak memberi dukungan yang nyata.

Kalau kemudian mereka tidak mau banyak memikirkan pendidikan anak-anak yang kita coba asuh dengan susah payah, MAAFKANLAH. Semoga setiap kalimat yang terucap menjadi qaulan tsaqila (kalimat yang berbobot dan menghunjam di jiwa ). Kalau para orang tua itu tidak mau peduli, menolak membantu, atau justru menghalangi, berdo’alah agar Allah beri kekuatan pada kita. Sesungguhnya hidayah itu ada di tangan Allah Ta’ala. Menggantungkan harapan pada yang tidak pasti, justru membuat kita lemah.

BERHAJI TANPA PAHALA


Banyak orang berangkat haji bukanlah karena mencari ridha Allah, tapi hanya untuk mengobati jiwanya yang gersang. Mereka ingin mendapatkan pengalaman eksotis dengan menangis di tanah suci, lalu mengira bahwa yang demikian itu merupakan pencerahan nurani. Mereka menghabiskan uang yang sangat besar jumlahnya, sementara banyak urusan kaum Muslimin yang tidak bisa berjalan karena tak ada dana yang menopang.

Lebih mengenaskan lagi, ada yang menunaikan hajjatul-Islam, tapi sebenarnya mereka belum terkenai kewajiban. Mereka berangkat ke tanah suci, tapi tangannya terkotori oleh harta yang sebenarnya merupakan hak dari orang-orang yang menjadi tanggungannya, misalnya orang tua yang miskin.
Alhasil, dia berangkat ke tanah suci dengan airmata. Bukan karena haru, tapi airmata kesedihan pengantarnya karena ada yang terbengkalai, tak terurusi. Mreka inilah yang menangis di tanah suci, tapi kembali dengan jiwa yang gersang dan hati yang kosong.

Ibnu Mas’ud ra, sahabat Nabi saw pernah berkata : “ Di akhir zaman akan bertambah banyak orang pergi haji tanpa sebab tertentu. Perjalanan ke sana sangat dimudahkan bagi mereka, dan rezeki mereka pun dilapangkan, namun mereka pulang dari sana dalam keadaan kosong dari pahala dan terlepas dari kebaikan, dan ada kalanya seorang dari mereka diperosokkan ontanya di padang pasir dan belantara, sementara tetangganya sendiri dalam kesusahan, tidak diberinya pertolongan. “

Ya Rabb, jangan Kau jadikan aku seperti mereka. Amin.

Comments: Post a Comment

<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?